In-App Purchase, Opsi Terbaik Bagi Developer Mobile Game

    0

    Bacadulusini – Industri games di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus berkembang dengan pesat. Keberadaan mobile game buatan developer Indonesia di toko-toko aplikasi digital seperti Play Store atau App Store udah bukan hal yang aneh. Beberapa game lokal untuk konsol bahkan udah sukses menembus pasar internasional, sebut aja Dreadout, Celestial Tales: Old North, dan Ultra Space Battle Brawl.

    Para gamers di negara ini pun udah terbilang mulai dewasa, lebih memilih untuk membeli game dan melakukan pembelian in-app puchase ketimbang download bajakannya. Tapi di lain sisi, masih banyak juga orang-orang yang masih suka main game bajakan. Itulah kenapa Shieny Aprilia dari Agate Studio menyebut Indonesia itu pasar game yang aneh.

    “Indonesia itu unik dibandingkan dengan negara lain, (pasar gamenya) spread out banget. Kita kalau di Jakarta ngeliatnya udah biasa orang pake smartphone, orang beli-beli pakai kartu kredit, beli in-app purchase. Cuma kalau di pinggiran (kota) itu beda banget. Kami di Agate lagi eksperimen gimana caranya supaya pasar mobile game itu nggak terpusat di kota-kota besar aja,” ungkap Shieny dalam talkshow Gamestart Showcase yang menjadi bagian dalam event C3AFA Jakarta 2018, Sabtu (1/9).

    Salah satu solusi yang tengah mereka pertimbangkan adalah mencari saluran pembayaran lain yang lebih “membumi”. Agate juga sedang mencoba mencari cara supaya orang-orang ini bisa nyaman untuk jajan benda-benda virtual.

    Pasalnya, menurut Shieny in-app purchase masih menjadi opsi terbaik bagi pengembang untuk melakukan monetisasi alias mendapatkan keuntungan dari karya yang mereka buat. Joyfriends yang demen main mobile game tentu juga udah nggak asing kan dengan pembelian dalam aplikasi, misalnya aja jajan karakter atau hero baru, skin, dan lain sebagainya.

    Sebenarnya ada satu opsi monetisasi lain yang juga cukup populer, memasang ads alias iklan. Tapi, ads memiliki risiko tinggi ditinggal oleh casual gamers yang sebel ngelihat video iklan tiap beberapa menit sekali. Shieny bahkan sangat tidak menyarankan para pengembang game untuk menggunakan ads kalau target market-nya Indonesia.

    Game Konsol atau PC Jauh Lebih “Aman”

    Namun di sisi lain, meski mobile game lagi populer banget di jaman sekarang, Kris Antoni Hadiputra dari Toge Production menilai membuat game konsol atau PC jauh lebih sustainable dan aman. Dan opsi ini sangat disarankan bagi developer-developer yang baru terjun ke industri game.

    “Ke depannya itu lebih sustainable menjual game dengan cara retail, ke Steam misalnya. Jadi kayak mereka bikin game, tiga bulan, enam bulan. Game single player yang simpel tapi dengan cerita atau message yang bagus, mekanik yang seru dan unik. Terus mereka jual aja $5 atau $10. Terus udah, selesai, tinggalin, bikin game baru,” ujar Kris.

    Lebih lanjut lagi, Kris menjelaskan kalau pemasukan dari penjualan game pertama ini bisa terus ada selama bertahun-tahun selama game tersebut tetap dijual di toko tersebut. Nah, hasil penjualan tersebutlah yang kemudian dijadikan modal untuk mengembangkan game-game berikutnya yang lebih besar dan lebih menguntungkan. Makin banyak game yang dijual dalam waktu yang bersamaan, makin gede jugalah pemasukan yang diterima sang developer.

    “Di sisi developer, apalagi buat yang baru mulai awal banget, ke arah situ lebih gampang. Dibandingin bikin free to play, dikerjain dua tahun, rilis, tapi abis itu nggak ada yang bayar. Itu kan juga susah. Start small-lah, nggak usah terlalu muluk-muluk, dibangun aja portofolionya,” pungkas Kris.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here