Peran Pemuda Minangkabau Dirantau yang tetap Melestarikan Adat maupun Budaya

    0

    Pemuda Minangkabau saat ini sudah sangat memperihatinkan, yang mana sudah mulai menurunya rasa kecintaan dan rasa keinginan yang dimilki oleh para pemudah untuk memajukan budaya daerah suatu bangsa terutama bangsa Indonesia.
    Kondisi seperti ini bisa kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari yang mana para pemuda, masyarakat kita lebih mudah dan lebih sering menggunakan budaya asing seperti budaya alai, lebay, kebarat-baratan dari pada budaya asli daerahnya.

    Latihan Randai Gemumi

    Kurangnya kesadaran ini membuat beberapa pemuda pemuda asal Sumatera Barat yang saya temui di halaman Taman Ismail Marzuki pada hari Rabu 10 Februari 2016 tengah asik latihan Randai, salah satu kesenian Minangkabau. Setelah saya sempat ngobrol dengan mereka, Mereka ternyata baru mendirikan sebuah organisai yang di beri nama GEMUMI (Gerakan Mudo Minangkabau).

    Setelah saya melakukan wawancara kepada salah seorang anggota GEMUMI, apa alasan mereka membentuk oraganisasi yang sangat patut di contoh oleh pemuda pemuda lain yakni ” GEMUMI di bentuk atas pemikiran pemuda pemuda Minangkabau yang merantau agar bisa menjalin silahturami dengan pemuda pemuda Minangkabau lainnya, bukan hanya sekadar kumpul -kumpul, nongkrong, makan makan, dan selfie selfie setelah itu pulang, tetapi atas pemikirian, ingin memiliki 1 visi dan misi untuk tetap melestarikan adat maupun budaya Minangkabau mesikupun kami  di perantauan”.

    Setelah Latihan Mereka Merundingkan bagaimana Kegiatan Kedepannya

    Wah keren banget mereka, semoga masih banyak pemuda pemuda lain yang melakukan hal positif. Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”, begitu lah ungkapan orang bijak yang pernah saya dengar. Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi kita lebih sulit mepelajari budaya daerah kita seperti tari, teater sejarah,lagu daerah dari pada mempelajari budaya orang lain seperti budaya alai, lebay, budaya barat.

    Mereka lebih mudah menghapal budaya anak alai dan lebay seperti mi paah, ciyus,dll dari pada budaya bahasa daerah terutama bahasa Indonesia. Mereka sedikit kesulitan membedakan kata apotik atau apotek, klinik atau kelinik dan lainnya.

    Disinilah peran penting para pemuda untuk meluruskan dan membenarkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.

    Untuk melestarikan budaya daerah ini edealnya memang harus di mulai dari para pemudanya, karna didiri para pemuda ini sebenarnya ada potensi yang besar yang perlu didorong untuk memacu semangat masyarakat untuk lebih peduli pada budaya daerahnya.

    Maju terus GEMUMI

    Selengkapnya ‪#‎Bacadulusini‬ >> goo.gl/2Q1DMH

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here